Nilai Prestisius Sebuah Kursi



“Woi ini kursiku!”

“Eh itu kursinya si anu loh!”

“Eh, tolong aku cariin kursi dong buat ujian nanti!”

Mungkin kalimat-kalimat diatas sudah sering kita dengar, tidak hanya dalam kegiatan perkuliahan sehari-hari tapi kalimat diatas lebih sering terdengar saat ujian tengah semester ataupun ujian akhir semester berlangsung. Kata orang “tempat itu menentukan prestasi”,  ralat lebih spesifiknya adalah “tempat yang strategis dan aman dari pandangan dosen itu menentukan prestasi”. Akhir-akhir ini terutama saat minggu ujian berlangsung, para mahasiwa datang lebih awal dari jam yang dianjurkan. Kalau biasanya harus datang 15 menit sebelum jam ujian tapi para mahasiswa ini bisa datang setengah jam lebih awal atau bahkan satu jam lebih awal dari jam ujian. Luar biasa !! Rata-rata saat mereka ditanya kenapa demikian mereka akan menjawab, “Cari kursi.” Wow, sepertinya kursi memang harga yang mahal untuk dimiliki. Terbukti bahwa tidak hanya anggota DPR yang mencari kursi, kita para mahasiswa pun juga melakukan hal yang sama meskipun ‘kursi’ disini punya konteks maksud yang lain.

Kenapa ya para mahasiswa ini gak suka duduk di depan ? Bukankah duduk dimana saja itu sama saja ? Bukankah hasil yang diraih nanti juga sama saja ?

Mereka berpikir bahwa dengan mendapatkan tempat duduk yang strategis dan aman setidaknya jika mereka mengalami kesulitan mereka akan terbantu dengan adanya teman yang ada disampingnya atau dibelakangnya. Ibaratnya mereka tak perlu terlihat terlalu menoleh untuk mendapatkan jawaban. Itulah mengapa mereka datang terlalu awal, pokoknya siapa cepat dia dapat.

Yang seharusnya mereka pikirkan adalah tidak semua orang yang mendapatkan kursi paling strategis dapat mengerjakan soal ujian dengan lancar, aman, terkendali. Seharusnya mereka juga harus mempertimbangkan banyak faktor, banyak dari mereka yang sudah semalaman suntuk belajar, sudah mempersiapkan diri untuk berjuang menerjang soal-soal pesakitan tapi sesaat mereka telah memasuki kelas kepercayaan diri mereka langsung turun entah merosot kemana perginya. Ini yang memang menjadi permasalahan para pelajar di Indonesia, mereka tak punya cukup rasa percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Padahal jika mereka bisa, bangsa lain mah kalah. Selain itu, faktor keberuntungan juga dapat mendominasi. Sepintar apapun seseorang tapi kalau nasibnya kurang beruntung hasilnya yaaa buntung.



Salut banget deh buat teman-teman mahasiswa lainnya yang mau datang lebih awal bahkan terlalu awal dari jadwal jam ujian. Saya yakin, mereka datang lebih awal tidak hanya duduk-duduk menganggur. Jika mereka mengetahui kursi-kursi yang berantakan setelah digunakan sebelumnya, mereka akan dengan sigap mengatur kursi sedemikian rupa agar menjadi rapi sehingga saat teman-teman yang lain datang mereka tak perlu mengatur kursi lagi. Jika waktu ujian masih lama mereka juga akan membuka buku dan mengulang pelajaran yang telah mereka pelajari, siapa tahu masih ada materi yang kurang dipahami atau yang terlewatkan. Faktor tempat duduk sebenarnya bukan jaminan tapi mereka merasa terbantu jika mengalami kesulitan. Sebenarnya dari semua yang terjadi hal yang paling diperhatikan adalah “adanya krisis kepercayaan diri.” Mereka sebenarnya mampu, tapi kurang percaya diri sehingga mereka menggantungkan diri pada teman-temannya. Rasa yang akhirnya menjadi saling ketergantungan ini menyebabkan siklus menjadi tak terhenti. Kalau dipikir-pikir ribet juga ya, kita calon pendidik tapi dalam masa pendidikan kita masih saja begini : cari kursi-cari aman-nyontek-selesai-hasilnya lumayan. Bayangkan saat kita besok sudah mulai mengajar lalu melihat anak didik kita juga melakukan apa yang kita lakukan dulu, apa yang akan kita lakukan ?? Pasti senyam-senyum :)

Oleh : Umi Istiqfaryani



Kursi Kayu - Sumber Internet







0 comments: